Senin, 17 Oktober 2011
Sabtu, 08 Oktober 2011
bahayanya balapan motor
Geng motor, akhir-akhir menjadi fenomena sosial yang menjadi perhatian, karena meresahkan masyarakat, terutama di Jawa Barat, daerah yang diketahui paling banyak memiliki komunitas pengendara motor brutal ini. Kehadiran geng motor melengkapi bentuk kenakalan remaja kita, setelah selama ini masyarakat sudah banyak dipusingkan aksi dalam bentuk lain, seperti tawuran antar pelajar, pembajakan angkutan umum, sampai hal-hal yang menjurus kriminal. Inilah potret buram generasi muda, yang digadang-gadang pemilik masa depan bangsa ini.
Generasi muda brengsek. Ucapan itu sering kita dengar, meski tak selalu benar, tapi stigma buruk itu bukan tanpa dasar, setidaknya bagi mereka mereka yang melihat langsung aksi para remaja kita di jalanan, terutama dalam bentuk tawuran antar pelajar.
Banyak yang menganggap, prilaku remaja, termasuk pelajar akhir-akhir ini bukan lagi bentuk kenakalan, tapi sudah menjurus kriminal. Terlebih lagi, mereka kerap menggunakan senjata tajam dalam aksi-aksinya. Sopir-sopir angkutan umum, boleh jadi adalah pihak yang paling sering merasakan dampak tindakan mereka.
Banyak yang menuding, prilaku destruktif remaja ini erat kaitannya dengan model pendidikan saat ini, yang cenderung mengedepankan nilai akademik, ketimbang penanaman budi pekerti. Kegiatan ekstra kurikulerpun dianggap kurang menarik sehinga banyak siswa remaja yang lebih memilih menghabiskan waktu di luar, di mana mereka bertemu dengan situasi dan lingkungan yang tidak terkontrol dan mendukung perkembangan jiwa muda mereka.
Kini masyarakat dikejutkan dengan prilaku jalanan bernama geng motor. Sekumpulan anak-anak muda penggemar motor, melakukan tindakan liar, tidak lagi sebatas kebut-kebutan tapi mengarah pada tindakan perusakan, yang pada akhirnya meresahkan di masyarakat.
Prilaku jalanan geng motor, sebenarnya bukan hal baru, apalagi bagi masyarakat Kota Bandung. Aksi main kebut dan cenderung brutal, sudah ada sejak 10 bahkan belasan tahun yang lalu. Tindakan mereka memang kerap meresahkan. Tidak jelas mengapa, aksi mereka yang beberapa tahun sempat meredup, kini muncul lagi, dan melakukan tindakan lagi-lagi
meresahkan, bahkan makin memprihatinkan, karena aksi mereka dibarengi minum-minuman alkohol.
Bandung. Dari dulu memang akrab dengan aksi balapan motor. Di kota ini minat anak-anak muda pada balapan memang sangat tinggi. Jangan heran, dari kota ini, lahir beberapa nama pembalap handal.
Lapangan Gasibu, bagi masyarakat Kota Bandung seperti identik dengan arena balap motor. Setiap sore, terutama pada hari Minggu, masyarakat bisa melihat aksi-aksi para remaja adu pacu dengan kendaraannya. Tingginya minat remaja pada balap motor juga bisa dilihat dengan banyaknya bermunculan klub-klub motor yang umumnya beranggotakan remaja SMP dan SMA. Jika di Amerika Serikat atau Eropa, masyarakat dunia mengenal klub motor seperti Hell`s Angels, Outlaws, Pagan, Comanceros atau Bandidos, di Bandung setidaknya ada empat klub motor yang tergolong besar dan sampai kini masih eksis, yakni Moonraker, Exalt To Coitus atau ETC, Grab On Road atau GBR dan Brigade Seven atau Brigez.
Klub-klub motor itu umumnya didirikan oleh para mantan pembalap, atau setidaknya yang senang balap motor. Moonraker misalnya, lahir tahun 1978. Nama Moonraker diambil dari judul film James Bond di tahun itu. Bendera mereka berwarna merah-putih-biru dengan logo kelelawar. Awalnya anggota cuma segelintir tapi lama kelamaan terus bertambah, bahkan kini, konon, mencapai ribuan orang. Mereka bahkan memiliki cabang di beberapa daerah di Jawa Barat, seperti Cirebon, Tasikmalaya dengan berpusat di Bandung.
Seperti Moonraker, klub lain, ETC, GBR dan juga Brigez yang lahir beberapa tahun setelahnya, memiliki sejarah kelahiran yang relatif sama, dari kesamaan hobi para pendirinya, yakni balap motor, lengkap dengan warna bendera dan logo masing-masing. Yang menarik, klub-klub motor ini lahir dari komunitas remaja sekolah. Sebut saja Brigez, didirikan dari para siswa SMU 7 Bandung.
Sayang, dalam perkembangannya, aksi-aksi balap mereka kerap dituding berlebihan dan meresahkan, bahkan kemudian mendapat sebutan sebagai geng, geng motor, yang tentu saja berkonotasi negatif. Untuk masuk menjadi anggota, mereka memiliki ritual sendiri, dengan mengambil tempat jauh dari keramaian.
Adalah aparat kepolisianlah yang akhirnya sering dibuat repot, terlebih dalam aksinya mereka kerap kedapatan dalam keadaan mabuk. berbagai razia dilakukan, dan hasilnya, tidak saja didapati banyak dari kendaraan motor mereka yang tidak dilengkapi surat-menyurat, tapi juga kerap didapati senjata tajam. antar anggota geng, kadang kerap juga terlibat bentrok.
Tindakan anggota geng motor, tidak saja meresahkan masyarakat tapi juga merugikan klub-klub motor lain yang merasa tidak terlibat dalam aksi negatif. Prilaku para remaja ini, tentu saja sangat mengkhawatirkan, karena sebagai generasi muda, merekalah yang kelak diharapkan menjadi penerus, pemilik masa depan bangsa ini.
Prilaku jalanan kalangan anak-anak muda ini, menurut banyak kalangan, harus dilihat secara menyeluruh. tanpa bermaksud membenarkan, tindakan negatif negatif mereka tidak lepas dari faktor-faktor di luarnya. Sejak sepak terjang geng motor marak diekspose media massa, tidak mudah lagi menemukan aksi-aksi anak muda ngebut di jalanan dengan segala tingkah polahnya. Apalagi aparat kepolisian, seiring banyaknya pengaduan masyarakat, makin menggencarkan tindakan dalam bentuk razia-razia.
Tak mudah menghentikan aksi para remaja di jalanan ini, baik dalam bentuk kebut-kebutan seperti geng motor maupun aksi tawuran yang kerap terjadi di kota-kota besar. Terbukti, aksi-aksi tegas yang coba dilakukan petugas kepolisian, tidak menghentikan prilaku destruktif itu. Tawuran tetap saja terjadi dan kebut-kebutan masih saja dilakukan.
Karena keberadaan mereka, tidak semata soal kegemaran membalap motor, tapi terkait banyak hal. Salah satunya, menurut Dadang S, seorang kriminolog, ekspresi para remaja itu mencari perhatian dan pengakuan. Boleh jadi hal itu karena tidak mereka dapatkan di rumah. Dadang mengambil contoh perkelahian para anggota geng motor di arena balap.
Senada dengan Dadang, pakar pendidikan Arief Rahman menilai maraknya prilaku remaja tersebut tidak lepas dari minimnya sarana yang bisa menyalurkan bakat mereka di sekolah. Sekolah, menurutnya, harus bisa menyalurkan bakat dan kemampuan muridnya, agar sang murid tidak menghabiskan waktu di luar, apalagi di jalanan.
Baik Dadang maupun Arief melihat, memecahkan masalah ini bukan semata tugas orang tua dan lembaga pendidikan, karena bagaimanapun ini terkait dengan kebijakan, di satu sisi, dan ekspos media di sisi lain.
Kita memang tak semestinya saling menyalahkan, karena semua ini kesalahan kita bersama, kesalahan kita sebagai bangsa yang mengaku beradab. Kita harus mengambil langkah, tidak mesti dengan menghukum, tapi tepatnya memberi pengarahan. Karena bagaimanapun, suka tidak suka, merekalah generasi penerus, pelaku masa depan.
Ya, adalah tanggung jawab kita semua untuk memikirkan jalan keluar masalah ini. Baik kalangan orang tua, lembaga pendidikan dan juga lingkungan pergaulan. Karena sekali lagi, keseimbangan menjadi kunci dari kehidupan kita sebagai bangsa yang beradab.
Generasi muda brengsek. Ucapan itu sering kita dengar, meski tak selalu benar, tapi stigma buruk itu bukan tanpa dasar, setidaknya bagi mereka mereka yang melihat langsung aksi para remaja kita di jalanan, terutama dalam bentuk tawuran antar pelajar.
Banyak yang menganggap, prilaku remaja, termasuk pelajar akhir-akhir ini bukan lagi bentuk kenakalan, tapi sudah menjurus kriminal. Terlebih lagi, mereka kerap menggunakan senjata tajam dalam aksi-aksinya. Sopir-sopir angkutan umum, boleh jadi adalah pihak yang paling sering merasakan dampak tindakan mereka.
Banyak yang menuding, prilaku destruktif remaja ini erat kaitannya dengan model pendidikan saat ini, yang cenderung mengedepankan nilai akademik, ketimbang penanaman budi pekerti. Kegiatan ekstra kurikulerpun dianggap kurang menarik sehinga banyak siswa remaja yang lebih memilih menghabiskan waktu di luar, di mana mereka bertemu dengan situasi dan lingkungan yang tidak terkontrol dan mendukung perkembangan jiwa muda mereka.
Kini masyarakat dikejutkan dengan prilaku jalanan bernama geng motor. Sekumpulan anak-anak muda penggemar motor, melakukan tindakan liar, tidak lagi sebatas kebut-kebutan tapi mengarah pada tindakan perusakan, yang pada akhirnya meresahkan di masyarakat.
Prilaku jalanan geng motor, sebenarnya bukan hal baru, apalagi bagi masyarakat Kota Bandung. Aksi main kebut dan cenderung brutal, sudah ada sejak 10 bahkan belasan tahun yang lalu. Tindakan mereka memang kerap meresahkan. Tidak jelas mengapa, aksi mereka yang beberapa tahun sempat meredup, kini muncul lagi, dan melakukan tindakan lagi-lagi
meresahkan, bahkan makin memprihatinkan, karena aksi mereka dibarengi minum-minuman alkohol.
Bandung. Dari dulu memang akrab dengan aksi balapan motor. Di kota ini minat anak-anak muda pada balapan memang sangat tinggi. Jangan heran, dari kota ini, lahir beberapa nama pembalap handal.
Lapangan Gasibu, bagi masyarakat Kota Bandung seperti identik dengan arena balap motor. Setiap sore, terutama pada hari Minggu, masyarakat bisa melihat aksi-aksi para remaja adu pacu dengan kendaraannya. Tingginya minat remaja pada balap motor juga bisa dilihat dengan banyaknya bermunculan klub-klub motor yang umumnya beranggotakan remaja SMP dan SMA. Jika di Amerika Serikat atau Eropa, masyarakat dunia mengenal klub motor seperti Hell`s Angels, Outlaws, Pagan, Comanceros atau Bandidos, di Bandung setidaknya ada empat klub motor yang tergolong besar dan sampai kini masih eksis, yakni Moonraker, Exalt To Coitus atau ETC, Grab On Road atau GBR dan Brigade Seven atau Brigez.
Klub-klub motor itu umumnya didirikan oleh para mantan pembalap, atau setidaknya yang senang balap motor. Moonraker misalnya, lahir tahun 1978. Nama Moonraker diambil dari judul film James Bond di tahun itu. Bendera mereka berwarna merah-putih-biru dengan logo kelelawar. Awalnya anggota cuma segelintir tapi lama kelamaan terus bertambah, bahkan kini, konon, mencapai ribuan orang. Mereka bahkan memiliki cabang di beberapa daerah di Jawa Barat, seperti Cirebon, Tasikmalaya dengan berpusat di Bandung.
Seperti Moonraker, klub lain, ETC, GBR dan juga Brigez yang lahir beberapa tahun setelahnya, memiliki sejarah kelahiran yang relatif sama, dari kesamaan hobi para pendirinya, yakni balap motor, lengkap dengan warna bendera dan logo masing-masing. Yang menarik, klub-klub motor ini lahir dari komunitas remaja sekolah. Sebut saja Brigez, didirikan dari para siswa SMU 7 Bandung.
Sayang, dalam perkembangannya, aksi-aksi balap mereka kerap dituding berlebihan dan meresahkan, bahkan kemudian mendapat sebutan sebagai geng, geng motor, yang tentu saja berkonotasi negatif. Untuk masuk menjadi anggota, mereka memiliki ritual sendiri, dengan mengambil tempat jauh dari keramaian.
Adalah aparat kepolisianlah yang akhirnya sering dibuat repot, terlebih dalam aksinya mereka kerap kedapatan dalam keadaan mabuk. berbagai razia dilakukan, dan hasilnya, tidak saja didapati banyak dari kendaraan motor mereka yang tidak dilengkapi surat-menyurat, tapi juga kerap didapati senjata tajam. antar anggota geng, kadang kerap juga terlibat bentrok.
Tindakan anggota geng motor, tidak saja meresahkan masyarakat tapi juga merugikan klub-klub motor lain yang merasa tidak terlibat dalam aksi negatif. Prilaku para remaja ini, tentu saja sangat mengkhawatirkan, karena sebagai generasi muda, merekalah yang kelak diharapkan menjadi penerus, pemilik masa depan bangsa ini.
Prilaku jalanan kalangan anak-anak muda ini, menurut banyak kalangan, harus dilihat secara menyeluruh. tanpa bermaksud membenarkan, tindakan negatif negatif mereka tidak lepas dari faktor-faktor di luarnya. Sejak sepak terjang geng motor marak diekspose media massa, tidak mudah lagi menemukan aksi-aksi anak muda ngebut di jalanan dengan segala tingkah polahnya. Apalagi aparat kepolisian, seiring banyaknya pengaduan masyarakat, makin menggencarkan tindakan dalam bentuk razia-razia.
Tak mudah menghentikan aksi para remaja di jalanan ini, baik dalam bentuk kebut-kebutan seperti geng motor maupun aksi tawuran yang kerap terjadi di kota-kota besar. Terbukti, aksi-aksi tegas yang coba dilakukan petugas kepolisian, tidak menghentikan prilaku destruktif itu. Tawuran tetap saja terjadi dan kebut-kebutan masih saja dilakukan.
Karena keberadaan mereka, tidak semata soal kegemaran membalap motor, tapi terkait banyak hal. Salah satunya, menurut Dadang S, seorang kriminolog, ekspresi para remaja itu mencari perhatian dan pengakuan. Boleh jadi hal itu karena tidak mereka dapatkan di rumah. Dadang mengambil contoh perkelahian para anggota geng motor di arena balap.
Senada dengan Dadang, pakar pendidikan Arief Rahman menilai maraknya prilaku remaja tersebut tidak lepas dari minimnya sarana yang bisa menyalurkan bakat mereka di sekolah. Sekolah, menurutnya, harus bisa menyalurkan bakat dan kemampuan muridnya, agar sang murid tidak menghabiskan waktu di luar, apalagi di jalanan.
Baik Dadang maupun Arief melihat, memecahkan masalah ini bukan semata tugas orang tua dan lembaga pendidikan, karena bagaimanapun ini terkait dengan kebijakan, di satu sisi, dan ekspos media di sisi lain.
Kita memang tak semestinya saling menyalahkan, karena semua ini kesalahan kita bersama, kesalahan kita sebagai bangsa yang mengaku beradab. Kita harus mengambil langkah, tidak mesti dengan menghukum, tapi tepatnya memberi pengarahan. Karena bagaimanapun, suka tidak suka, merekalah generasi penerus, pelaku masa depan.
Ya, adalah tanggung jawab kita semua untuk memikirkan jalan keluar masalah ini. Baik kalangan orang tua, lembaga pendidikan dan juga lingkungan pergaulan. Karena sekali lagi, keseimbangan menjadi kunci dari kehidupan kita sebagai bangsa yang beradab.
Senin, 03 Oktober 2011
ALIEN VS PREDATOR
Alien vs. Predator, atau Aliens versus Predator (AvP), adalah sebuah kisah sains fiksi/ horor fiksi dalam beberapa media. Serial ini mengetengahkan perterungan antara dua waralaba film makhluk ekstraterrestrial: Aliens and the Predators.
Sejarah
de penggabungan dua karakter ini sering diduga berasal dari film Predator 2, yang menampilkan tengkorak Xenomorph terlihat di dalam sebuah ruang tempat Predator menyimpan koleksi piala tengkorak, dalam pesawat ruang angkasa Predator, tetapi Dark Horse Comics telah mempublikasikan cerita Alien vs. Predator dalam komik #36 (February 1990), hampir satu tahun sebelum munculnya film Predator 2 pada November 1990. Film ini menyebutkan, ide ini berasal dari Erich von Däniken bahwa Alien telah datang dimasa lampau. Saat ini, universe Alien vs. Predator berisikan tentang sejumlah beberapa media termasuk komik, novel, video game dan feature film seluruh hak cipta dimiliki oleh pihak 20th Century Fox Studios.Sabtu, 01 Oktober 2011
biodata manchester city
Nama lengkap | Manchester City Football Club | |||
---|---|---|---|---|
Julukan | The Citizens, The City, The Sky Blues | |||
Didirikan | 1880, sebagai West Gorton (St. Marks) | |||
Stadion | Stadion City of Manchester, Manchester (Kapasitas: 48.000) | |||
Pemilik | Sheikh Mansour bin Zayed Al Nahyan | |||
Ketua | Khaldoon Al Mubarak | |||
Manajer | Roberto Mancini | |||
Liga | Liga Utama Inggris | |||
2010—2011 | Liga Utama Inggris (3) | |||
|
Lambang dan warna klub Manchester City
Seragam kandang Manchester City adalah Biru Langit dan celana Putih. Sementara itu seragam tandang adalah Merah Marun, atau merah (sejak tahun 1960an) dan Celana Hitam. Namun dalam beberapa tahun terakhir, beberapa warna yang berbeda telah digunakan. Asal-usul warna seragam kandang klub tidak jelas, tetapi ada bukti bahwa klub telah menggunakan biru langit sejak 1892 atau sebelumnya. Sebuah brosur yang berjudul Famous Football Clubs - Manchester City diterbitkan pada 1940-an menunjukkan bahwa West Gorton (St. Marks) semula bermain dengan seragam merah dan hitam. Dari laporan yang berasal dari tahun 1884 menggambarkan tim mengenakan kaus hitam membawa salib putih, yang menunjukkan asal klub sebagai sisi gereja. Ide untuk menggunakan kaus merah dan hitam datang dari mantan asisten manajer Malcolm Allison, yang percaya bahwa dengan mengadopsi warna AC Milan akan mengilhami City untuk mencapai kejayaan.
Lambang klub saat ini mulai digunakan pada tahun 1997, dikarenakan bahwa lambang sebelumnya tidak memenuhi syarat untuk didaftarkan sebagai merek dagang. Lencana tersebut didasarkan pada lengan kota Manchester, dan terdiri dari sebuah perisai di depan sebuah elang emas. Fitur perisai kapal pada setengah bagian atas menggambarkan Kanal Kapal Manchester, dan tiga garis-garis diagonal di bagian bawah, menggambarkan kota tiga sungai. Bagian bawah terdapat pita dengan sebuah kata Superbia in Praelio, yang artinya dalam bahasa latin adalah Kebanggaan di Pertempuran. Diatas elang ada tiga bintang tiga, yang murni hanya sebagai dekorasi.
Lambang klub saat ini mulai digunakan pada tahun 1997, dikarenakan bahwa lambang sebelumnya tidak memenuhi syarat untuk didaftarkan sebagai merek dagang. Lencana tersebut didasarkan pada lengan kota Manchester, dan terdiri dari sebuah perisai di depan sebuah elang emas. Fitur perisai kapal pada setengah bagian atas menggambarkan Kanal Kapal Manchester, dan tiga garis-garis diagonal di bagian bawah, menggambarkan kota tiga sungai. Bagian bawah terdapat pita dengan sebuah kata Superbia in Praelio, yang artinya dalam bahasa latin adalah Kebanggaan di Pertempuran. Diatas elang ada tiga bintang tiga, yang murni hanya sebagai dekorasi.
Dibeli oleh Abu Dhabi United Group Manchester City
Pada saat Hughes naik, sebetulnya harta Thaksin sudah di ujung tanduk pembekuan karena tuduhan korupsi selama berkuasa sebagai perdana menteri di Thailand. Thaksin yang mengerti posisinya sudah tidak memungkinkan lagi untuk terus mendanai Citizen akhirnya melepas kepemilikannya kepada pengusaha asal Uni Emirat Arab, Dr. Sulaiman Al-Fahim. Al-Fahim adalah miliuner yang lebih kaya lagi dibanding Thaksin dan tentunya lebih ambisius lagi. Hanya beberapa hari setelah kepastian kepemilikannya atas Manchester City, ia langsung membuat rekor pembelian pemain termahal Inggris dengan pembelian Robinho (inset kanan) dari Real Madrid. Rekor harga 32,5 juta pounds itu melampaui harga 28 juta pounds yang ditawarkan Chelsea atas pemain Brazil tersebut. Dengan dukungan dana yang benar-benar melimpah, fans Citizen akan bersiap-siap untuk menyaksikan lagi pemain-pemain dunia lain akan diboyong ke klub mereka tercinta.
Periode 1980-Sekarang Manchester City
Manchester City tidak menghasilkan gelar penting dan hanya timbul-tenggelam di Premiership. Mereka hanya promosi ke divisi utama namun kemudian terdegradasi lagi ke divisi 2. Bahkan pada tahun 1996 mereka terdegradasi sampai ke divisi 3. Setelah kedatangan David Bernstein sebagai chairman yang baru, City pun mulai berbenah. Pada tahun 2001, Kevin Keegan ditunjuk untuk menangani Citizen dan mereka pun berhasil promosi ke Liga Premier.
Maret 2005 Keegan mundur dan Stuart Pearce menggantikannya sebagai caretaker atau manager sementara. Penampilan City yang cemerlang membuat Pearce diangkat sebagai manager penuh dan musim 2005-2006 Pearce membawa City menempati urutan ke-6 Premiership. Musim berikutnya penampilan City menurun drastis dan hanya menghuni papan bawah klasemen walaupun tidak sampai terdegradasi. Pearce akhirnya dipecat dan digantikan mantan manager tim nasional Inggris, Sven Goran Eriksson. Pada saat itu Manchester City telah dimiliki oleh miliuner ambisius yang juga bekas perdana menteri Thailand, Thaksin Shinawatra.
Dibawah Eriksson, City tampil perkasa pada awal kompetisi namun mulai kehilangan keseimbangan mulai dari pertengahan kompetisi, walaupun demikian mereka bisa mencapai zona piala UEFA eropa berkat penampilan fair play nya. Thaksin yang tidak sabaran sudah ingin memecat Eriksson sebelum akhir kompetisi jika saja tidak ditahan oleh fans Citizen yang merasa Thaksin terlalu semena-mena dan tidak memperhatikan keinginan fans City. Pemecatan Eriksson hanya tertunda sebentar dan benar-benar dilakukan saat akhir kompetisi. Mark Hughes, Manager Blackburn dan juga mantan pemain kesayangan klub sekota Manchester United, ditunjuk untuk menggantikannya.
Maret 2005 Keegan mundur dan Stuart Pearce menggantikannya sebagai caretaker atau manager sementara. Penampilan City yang cemerlang membuat Pearce diangkat sebagai manager penuh dan musim 2005-2006 Pearce membawa City menempati urutan ke-6 Premiership. Musim berikutnya penampilan City menurun drastis dan hanya menghuni papan bawah klasemen walaupun tidak sampai terdegradasi. Pearce akhirnya dipecat dan digantikan mantan manager tim nasional Inggris, Sven Goran Eriksson. Pada saat itu Manchester City telah dimiliki oleh miliuner ambisius yang juga bekas perdana menteri Thailand, Thaksin Shinawatra.
Dibawah Eriksson, City tampil perkasa pada awal kompetisi namun mulai kehilangan keseimbangan mulai dari pertengahan kompetisi, walaupun demikian mereka bisa mencapai zona piala UEFA eropa berkat penampilan fair play nya. Thaksin yang tidak sabaran sudah ingin memecat Eriksson sebelum akhir kompetisi jika saja tidak ditahan oleh fans Citizen yang merasa Thaksin terlalu semena-mena dan tidak memperhatikan keinginan fans City. Pemecatan Eriksson hanya tertunda sebentar dan benar-benar dilakukan saat akhir kompetisi. Mark Hughes, Manager Blackburn dan juga mantan pemain kesayangan klub sekota Manchester United, ditunjuk untuk menggantikannya.
Periode Awal Manchester City F.C.
City menjuarai divisi 2 pada tahun 1899 dan promosi ke kasta tertinggi liga Inggris, divisi satu. Prestasi awalnya ditandai dengan kemenangan atas Bolton Wanderers di final Piala FA tahun 1904. Pada tahun 1920, stadion City di Hyde Road mengalami bencana kebakaran di tribun utama. Lantas pada tahun 1923, mereka pindah ke merkas nya yang baru, Maine Road yang terletak di Moss Side.
The Citizen menjuarai lagi Piala FA pada tahun 1934 dengan mengalahkan Porstmouth di final. Dan gelar liga pun tak beberapa lama dapat mereka raih, tahun 1937 mereka menjuarai liga Inggris untuk pertama kalinya. Tetapi musim berikutnya mereka justru terdegradasi ke divisi 2, lucunya mereka adalah klub pencetak gol terbanyak dibanding klub manapun di liga. 20 tahun kemudian, Manchester City yang diinspirasi oleh taktik bernama Revie Plan berhasil masuk final Piala FA 1955. Mereka kalah di final melawan Newcastle, tapi tahun berikutnya mereka menjuarai Piala FA dengan mengalahkan Birmingham di final 3-1. Partai final tahun 1956 ini termasuk partai final Piala FA yang dikenang orang banyak karena di pertandingan itu kiper City, Bert Trautmann, terus bermain walaupun mengalami patah tulang leher.
Setelah itu City tenggelam dan baru muncul ke permukaan saat Joe Mercer dan Malcolm Allison ditunjuk untuk menjadi duo manager klub pada tahun 1965. Mereka membuat pembelian terpentingnya pada Mike Summerbee dan Colin Bell. 2 musim berikutnya, musim 1967-1968, Manchester City menjuarai divisi satu untuk kedua kalinya. Pada partai terakhir mereka memastikan gelar juara dengan kemenangan 4-3 di kandang Newcastle. Piala dan prestasi pun kemudian mulai mengalir datang. Piala FA mereka raih lagi di tahun 1969 serta piala Winners Eropa pertama kalinya mereka raih pada tahun 1970 dengan mengalahkan Gornik Zabrze 2-1 di final.
Rivalitas dengan klub sekota, Manchester United, selalu sengit. Salah satu partai yang banyak dikenang adalah pada partai terakhir di musim liga 1973-1974. Derby panas tak terelakkan tatkala baik City maupun United harus menang agar bisa selamat dari degradasi. Pemain legendaris MU, Denis Law, mencetak satu-satunya gol kemenangan yang juga otomatis melempar rival sekotanya ke divisi 2. Tahun 1976 mereka meraih Piala Liga dengan mengalahkan Newcastle di final 2-1.
The Citizen menjuarai lagi Piala FA pada tahun 1934 dengan mengalahkan Porstmouth di final. Dan gelar liga pun tak beberapa lama dapat mereka raih, tahun 1937 mereka menjuarai liga Inggris untuk pertama kalinya. Tetapi musim berikutnya mereka justru terdegradasi ke divisi 2, lucunya mereka adalah klub pencetak gol terbanyak dibanding klub manapun di liga. 20 tahun kemudian, Manchester City yang diinspirasi oleh taktik bernama Revie Plan berhasil masuk final Piala FA 1955. Mereka kalah di final melawan Newcastle, tapi tahun berikutnya mereka menjuarai Piala FA dengan mengalahkan Birmingham di final 3-1. Partai final tahun 1956 ini termasuk partai final Piala FA yang dikenang orang banyak karena di pertandingan itu kiper City, Bert Trautmann, terus bermain walaupun mengalami patah tulang leher.
Setelah itu City tenggelam dan baru muncul ke permukaan saat Joe Mercer dan Malcolm Allison ditunjuk untuk menjadi duo manager klub pada tahun 1965. Mereka membuat pembelian terpentingnya pada Mike Summerbee dan Colin Bell. 2 musim berikutnya, musim 1967-1968, Manchester City menjuarai divisi satu untuk kedua kalinya. Pada partai terakhir mereka memastikan gelar juara dengan kemenangan 4-3 di kandang Newcastle. Piala dan prestasi pun kemudian mulai mengalir datang. Piala FA mereka raih lagi di tahun 1969 serta piala Winners Eropa pertama kalinya mereka raih pada tahun 1970 dengan mengalahkan Gornik Zabrze 2-1 di final.
Rivalitas dengan klub sekota, Manchester United, selalu sengit. Salah satu partai yang banyak dikenang adalah pada partai terakhir di musim liga 1973-1974. Derby panas tak terelakkan tatkala baik City maupun United harus menang agar bisa selamat dari degradasi. Pemain legendaris MU, Denis Law, mencetak satu-satunya gol kemenangan yang juga otomatis melempar rival sekotanya ke divisi 2. Tahun 1976 mereka meraih Piala Liga dengan mengalahkan Newcastle di final 2-1.
Sejarah Manchester City Football Club
Manchester City F.C. dibentuk pada tahun 1880 dengan nama St. Marks (West Gordon) oleh Anna Connel dan dua orang anggota gereja St. Marks. Tahun 1887 mereka pindah ke markas yang baru di Hyde Road, Ardwick. Nama klub pun berubah menjadi Ardwick A.F.C. untuk menyesuaikan dengan letaknya yang baru. Ardwick mulai ikut berkompetisi di divisi 2 Football League tahun 1892. Setahun kemudian, musim 1893-1894, masalah financial membelit klub dan setelah diorganisasi ulang akhirnya mereka berganti nama lagi menjadi Manchester City Football Club.
Manchester City F.C.
Manchester City Football Club adalah sebuah klub sepak bola profesional Inggris yang bermain di Liga Premier Inggris. Klub ini adalah klub sekota dengan Manchester United, yang bermarkas di stadion City of Manchester, Manchester.
Pertandingan pertama dimainkan pada bulan november 1880. Pada waktu itu masih bernama St Mark's (West Gorton). Pada tahun 1887 berubah nama menjadi Ardwick A.F.C, dan pada tahun 1894 menjadi Manchester City F.C.
The City telah memenangi Kejuaraan Liga sebanyak 2 kali, Piala FA 4 kali, Piala Liga 2 kali, dan Piala Winners Eropa 1 kali. Periode tersukses klub ini terjadi pada era akhir tahun 1960an dan awal 1970an. Pada saat itu City dibawah manager Joe Mercer dengan asisten nya Malcolm Allison dan beberapa pemain seperti Colin Bell, Mike Summerbee dan Francis Lee.
Tahun 2007 klub di beli oleh milyarder Thailand yang juga mantan Perdana Menteri Thailand, Thaksin Shinawatra, sehingga klub ini menjadi salah satu klub Inggris yang dimiliki oleh pihak asing. Kemudian pada tahun 2008 dibeli oleh Abu Dhabi United Group.
Pertandingan pertama dimainkan pada bulan november 1880. Pada waktu itu masih bernama St Mark's (West Gorton). Pada tahun 1887 berubah nama menjadi Ardwick A.F.C, dan pada tahun 1894 menjadi Manchester City F.C.
The City telah memenangi Kejuaraan Liga sebanyak 2 kali, Piala FA 4 kali, Piala Liga 2 kali, dan Piala Winners Eropa 1 kali. Periode tersukses klub ini terjadi pada era akhir tahun 1960an dan awal 1970an. Pada saat itu City dibawah manager Joe Mercer dengan asisten nya Malcolm Allison dan beberapa pemain seperti Colin Bell, Mike Summerbee dan Francis Lee.
Tahun 2007 klub di beli oleh milyarder Thailand yang juga mantan Perdana Menteri Thailand, Thaksin Shinawatra, sehingga klub ini menjadi salah satu klub Inggris yang dimiliki oleh pihak asing. Kemudian pada tahun 2008 dibeli oleh Abu Dhabi United Group.